Me & Other People
Disini saya hanya ingin bercerita,
tentang unek-unek saya yang terdalam. Supaya apabila saya mati kelak, ada
tulisan yang saya tinggalkan. Karena ini adalah sesuatu yang selalu ada dipikiran saya saat mengalami
perbedaan pola pikir dengan orang lain. Sebenarnya saya ingin menulis tulisan
ini dalam bahasa Inggris, tapi karena saya ingin semua teman-teman saya membaca
dengan lebih mengerti, saya tulis saja dengan bahasa Indonesia. Iya, semua
teman-teman saya, yang peduli benar dengan saya tentunya. Karena ada pepatah, “Never
explain yourself to anyone. Because the person who likes you doesn’t need it,
and the person who dislikes you won’t believe it.” Yang artinya, jangan pernah
menjelaskan tentang diri anda kepada siapapun. Karena orang yang menyukai anda
tidak membutuhkannya, dan orang yang tidak suka kepada ada tidak akan
mempercayainya. Disini hanya menulis hanya untuk kepuasan diri saya sendiri,
dan untuk Fianita & Giska, yang merupakan sosok sahabat saya yang selalu
menunggu tulisan saya ini :*, dan mungkin beberapa orang yang berkenan membaca
tulisan saya ini.
Saya adalah seorang lulusan angkatan
2013 Sastra Inggris di Ma Chung, Malang, lulus tepat waktu. Selain ketertarikan
saya terhadap bahasa, saya sangat tertarik pada bidang psikologi apalagi
tentang psikologi kepribadian. Iya, hanya ini, kalau psikologi umum, psikologi
agama, sosial, dll, saya kurang tertarik.
Beberapa bulan ini, bahkan beberapa
tahun seiring berkembangnya pemikiran saya dari kecil sampai dewasa, saya sangat
tertarik dengan alasan dibalik sesuatu yang terjadi. Disini, saya menemukan 2
teori yang menarik. Yaitu tentang 16 kepribadian dari Myer-Briggs, dan 5 bahasa
cinta dari Garry Chapman. Saya mempelajari akan hal ini hampir berhari-hari dan
nonstop dipikiran saya.
angsung saja pada teori yang pertama, 16
kepribadian dari Myer-Briggs. 16 kepribadian disini terbentuk dari kombinasi
akan 4 pola yang berbeda seperti gambar dibawah ini.
Yang
maka dari itu akan terbentuk pola-pola seperti ini. Yang dimana saya adalah
kombinasi dari ISFJ.
Introvert / Extrovert
Introvert
Tes
saya menunjukkan bahwa tingkat introvert saya adalah 73%. Dan iya,
introvert/ekstrovert ini sangat mempengaruhi pola pikir seseorang lho. Jangan
pernah menyepelekan hal ini. Karena, memahami akan pola pikir orang lain dapat
membuat seseorang memaklumi apa yang dilakukan oleh orang lain.
Seorang
introvert akan mendapatkan ketenangan dan energi dengan caranya sendiri. Bisa
membaca buku, sendiri di kamar, menonton TV, main game, atau apapun yang jadi
“booster”nya saat sendiri. Tapi, bagi seorang ekstrovert, dia tidak akan bisa
berdiam diri seperti ini. Mereka akan memilih untuk bermain di luar,
berinteraksi dengan orang sebanyak mungkin, berolahraga, dll. Ekstrovert memang
mendapat energi dan ketenangannya dari sini. Karena apabila dia hanya berdiam
diri di rumah, mereka akan merasakan ada sesuatu yang kurang. Tapi
Bagi introvert, mereka tidak akan bisa
seperti ekstrovert, bukan tidak bisa sih, kadar introvert dan ekstrovert
seseorang emang beda-beda dan tidak ada ilmu pastinya, tapi kecenderungan sih
iya.
Nah,
disini saya ada adalah seorang introvert. Tapi banyak orang lain yang
menganggap saya aneh karena saya selalu sendiri. Saya paling suka ke mall
sendiri, bahka nonton bioskop sendiri. Bagi kebanyakan orang, orang lain
menganggap saya menyedihkan dan tidak punya teman. Tetapi, orang tidak tahu
alasan dibalik kenapa saya suka ke melakukan beberapa hal sendiri. Berikut
alasan-alasan saya atau lebih tepatnya pola pikir saya.
Disini
akan saya bagi jadi dua, yaitu dalam hal pergi sendiri, dan dalam pergaulan.
Pergi Sendiri
1.
Saya pergi ke suatu tempat seperti mall, pasti punya tujuan. Contoh: saya mau
beli baju atau keperluan alat-alat mandi. Iya, saya ke mall atau kemanapun
bukan untuk jalan-jalan santai liat-liat di mall. Dan yang perlu anda pahami,
saya bukan tipe cewe yang kalo belanja lama atau lihat barang secara mendetail.
Saya belanja super cepet bahkan cuma beberapa menit, kalau mau eksplor pun saya
juga cepet liat-liatnya.
2.
Karena hal tadi, saya tidak memperlukan teman/keluarga untuk menemani saya
melakukan hal tersebut, kenapa? Saya memang lebih nyaman seperti ini. Dan
sedari kecil, mama saya juga selalu menyebut saya orang yang super duper
mandiri dan beberapa orang memang sangat heran. Tapi mengertilah, saya tidak
sama seperti kebanyakan orang. Bisa jadi kepribadian saya ini terbentuk karena
apa yang disukai oleh tua saya berbeda dengan saya. Sedari kecil, orang tua
saya tidak pernah berjalan-jalan di seksi baju-baju atau aksesoris, mereka
lebih suka melihat makanan-makanan. Bahkan ibu saya tidak pernah berdandan atau
suka dengan fashion. Maka dari itu, keinginan saya sedari kecil untuk
jalan-jalan melihat barang-barang ini tanpa merepotkan orang tua saya sangatlah
tinggi. Ayah saya sangat dominan. Ibu saya tidak. Kakak saya tidak. Sedangkan
saya juga dominan sama seperti ayah saya. Iya, dua kepala yang berbeda. Maka
dari itu, tiap weekend jika keluarga saya pergi jalan-jalan, saya tidak pernah
ikut. Sudah tau kan alasannya? Saya punya kesenangan yang berbeda, dan memang,
saya tidak begitu menemukan kesenangan dalam apa yang dieksplor oleh orang tua
saya.
3.
Tapi tunggu dulu, alasan dibalik itu semua, saya tidak ingin merepotkan
siapapun. Mengapa? Karena saya tidak ingin merepotkan seseorang. Sedari kecil
ayah saya paling benci kalau dibuat menunggu, kalau saya telat, benar-benar
ditinggal. Karena ayah saya yang seperti ini, membuat saya tidak mau membuat
orang lain menunggu seperti punya pacar yg nungguin cewenya nyalon. Hal ini
tidak mungkin terjadi.
4.
Alasan berikutnya, saya punya pola pikir seperti ini, jalan-jalan dengan teman
tuh quality time, bukan semata nemenin saya. Walaupun nemenin seseorang tuh
bagi orang lain menyenangkan juga kalo apa-apa dilakukan bersama. Nah disini
saya gak merasakan hal itu. Saya lebih suka kita berdua melakukan apa yang
ingin kita lakukan, bukan hanya apa yang saya lakukan.
Pergaulan
Bagi seorang introvert seperti saya,
saya tidak terlalu memiliki banyak teman.
Tunggu, kalimat “Saya tidak terlalu
memiliki banyak teman.” ini mungkin bagi sebagian banyak orang terlihat
menyedihkan sekali. Tapi tidak bagi saya lho. Kenapa? Saya jabarkan pola pikir
saya lagi.
1. As I said before, introvert
mendapatkan energinya dari kesendirian. Bagi saya, punya banyak teman
sungguhlah tidak penting. Mengapa? Sungguh saya tidak dapat energi apa-apa
dalam memiliki banyak teman. Yang saya butuhkan hanyalah satu sahabat. Iya itu
sudah sangatlah lebih dari cukup. Semenjak SD bahkan sampai sekarang, saya
selalu memiliki satu sahabat. Semisal, waktu SMA kelas 1, saya punya sahabat yg
namanya F, kelas 2 SMA punya sahabat namanya D, kelas 3 SMA punya sahabat yg
namanya R. Nah, disini saya sudah sangat bersyukur karena selalu ada satu orang
yang bisa selalu saya bagi akan kisah saya. Kenapa sih? Karena 1 sahabat yang
selalu ada buat saya itu sudah sangat cukup. Batin saya ini bahagia dengan 1
saja orang yang mengerti saya. Bahkan parahnya, waktu kuliah saya punya sahabat
yg namanya Y. Saat saya bertengkar sama dia, serius, saya sempat ingin berhenti
kuliah. Iya, sampai-sampai beberapa orang yang saya anggap sahabat itu rishi dengan
saya. Kebanyakan dari mereka berpikir,”Kenapa sih anak ini selalu sama saya
aja? Saya kan ingin bergaul sama yg lain.” Disini saya baru sadar setelah dia
berani bilang terus terang dengan saya, dan untungnya dia mau cerita. Disini
saya paham betul kalau ternyata selama ini saya merasa cocok sendirian. Iya,
hal inilah yang paling menyedihkan. Tapi yasudahlah, sebenarnya mereka juga
sayang kok sama saya, saya aja juga yang mungkin terlalu dekat dan tidak
memikirkan orang lain saking asyiknya menghabiskan waktu dengan sahabat-sahabat
saya.
Kenapa
sih saya emotionally attached banget kalo udah punya sahabat? Ya karena saya
merasa, mereka juga sayang sama saya sebagai sahabat, kita saling cerita,
saling ketawa, selalu pergi bareng. Jadi, apa yang aneh? Nah mungkin saya
kurang paham. Tapi sungguh, saya memperhatikan mereka dan tidak melulu hanya
saya saja yang bercerita. Sungguh saya tidak paham kalau sebenarnya mereka cuma
kasihan sama saya atau apalah alasan dari mereka yang tidak saya mengerti. Per
sahabat semenjak kecil membentuk kepribadian saya, yang lain kali saya ingin
ceritakan juga kisah-kisah saya dengan beberapa orang yang pernah saya anggap
sahabat. Ada yang kisahnya sudah berakhir dan tidak berkontak lagi, adapun
untungnya yang sekarang masih setia, dan bahkan ada yang mengajarkan arti
sahabat yang sesungguhnya. Karena waktu pemikiran saya masih dangkal dulu, saya
berpikir bahwa sahabat itu adalah orang yang bisa dikatakan 24 jam atau selalu
bersama dengan saya. Orang yang selalu berbagi kisah bersama. Ternyata itu
salah besar. Definisi sahabat yang sesungguhnya adalah persahabatan yang tidak
mengenal waktu dan menyempatkan quality timenya. Dan hal ini disadarkan oleh
sahabat saya yang bernama T. Dia jugalah
orang yang mengajarkan saya apa arti mengampuni. Karena sungguh, banyak sahabat
saya yang sudah tidak berkontak lagi dengan saya seiring berjalannya waktu
seperti saat lulus sekolah ataupun lulus dari kuliah.
Intinya,
saya membutuhkan seseorang yang emotionally attached dengan saya. Karena itu
tadi, saya tidak membutuhkan orang yang hanya sekadar teman. Tapi dilain
cerita, saya juga berteman ramai-ramai. Sedari kecil mungkin banyak yang
menganggap saya seperti cowo, maka dari itu, teman cowo saya emang banyak sih,
tapi waktu kecil sampai kuliah awal-awal, tidak ada 1pun yang sampai pernah
menjadi sahabat. Sedari SD, SMP, dan kuliah, selain saya terkenal memiliki 1 sahabat cewe, saya juga dikenal selalu
bermain sama cowo-cowo. Iya, saya bisa kalau beramai-ramai dengan cowok. Tapi
jangan salah, disini saya juga dianggap cowo, bukan cewe yang ganjen dan bakal
dapet pacar dari nongkrong sama mereka-mereka ini. Kenapa saya bisa kalau
beramai-ramai dengan cowo-cowo ini? Karena 1, dari kecil saya gamer berat, dan
1 lagi, saya suka banget ketawa. Nah maka dari ini, dari dulu saya memang
memiliki lebih banyak teman cowo. Tapi tidak emotionally attached dengan
sahabat saya yang cewe. Hanya sekedar nongkrong haha hihi asik. Tapi saya
normal ya, saya tetep naksir cowok dan gak bakal suka sama cewe kok xD.
Komunitas Stand Up Comedy
Hal
yang saya tulis tadi, cukup menjelaskan mengapa saya lebih suka punya satu
sahabat. Tapi semenjak saya berada di komunitas ini, ini adalah suatu keajaiban
yang berbeda. Saya akan bercerita awal masuk dalam komunitas ini, tapi tidak
secara mendetil, akan saya tulis detil dikesempatan berikutnya saja.
Setelah membaca tulisan tentang saya
tadi, seharusnya anda berpikir bahwa saya tidak akan mungkin masuk dalam
komunitas ini bahkan komunitas apapun. Tunggu dulu, selain hal yang sudah saya
ceritakan tadi, ada satu hal yang juga membentuk kepribadian saya. Yaitu,
apabila saya sudah sangat cinta dengan sesuatu hal, apapun akan saya lakukan.
Iya, apapun.
Long story short, saya suka standup
comedy karena ayah saya yang suka nonton ini di tv. Alhasil saya suka banget
sama hal ini karena basically energi yang paling saya suka sedari kecil adalah
tertawa. Dan singkat cerita, pertama kali saya nonton standup secara langsung
tuh karena diajak sahabat saya si Y untuk nonton Raditya Dika di UB walaupun
itu tentang tips & trick jadi penulis. Nonton Radit cuma supaya dapet
sertifikatnya doang, karena lulus di Ma Chung harus mengumpulkan poin-poin dari
berkegiatan di luar.
Nonton yang kedua, mengubah
segalanya. Tanggal 27 September 2014, Malam Tawa dengan guest star Abdur dan
Dodit. Disitulah pertama kali saya kenal dengan standup malang. Singkat cerita,
semenjak itu saya langsung cari tau tentang tempat openmicnya dimana. Dan saya
datang ke kafe Busker Bean itu religiously tiap Jumat dan hampir tidak pernah
absen. Awalnya saya ditemanin orang yang pernah jadi sahabat saya namanya L,
tapi singkat cerita dia sudah tidak terlalu bisa menemani saya kesana akhirnya
saya kesana sendiri. Dan karena muka saya yang oriental sendiri ini, beberapa
dari komik standup malang menotice saya dan saking seringnya kesana, akhirnya
kita juga jadi teman, bahkan sahabat, yang bernama Diaz.
Begitu sih awalnya, saya akan cerita
lebih mendetail tentang perjalanan saya di standup malang di lain kertas. Intinya,
seorang introvert seperti saya bisa masuk kesini karena tidak sebentar juga
keinginan saya untuk menjadi keluarga dari mereka. Dan hanya disini, semakin
ramai, saya semakin senang. Lain cerita dengan teman sekelas saya atau dengan
orang yang tidak saya kenal di jalan. Dalam lubuk hati, saya selalu memilih
untuk sendiri dan tidak bertemu dengan orang banyak. Karena, saya tidak akan
memperkenalkan diri saya terlebih dahulu apabila orang lain tidak menyapa saya
terlebih dulu. Dan sampai sekarang pun, saya masih begitu. Tapi entah mengapa,
perasaan happy untuk beramai-ramai dalam dunia ini sungguhlah nyata dan ada.
Mungkin terkesan lebay tapi sungguhlah bagi saya ini aneh sekali. Hanya di dunia ini lah saya bahagia jika
semakin beramai-ramai. Karena selalin dunia ini, saya tidak akan merasa nyaman
jika beramai-ramai.
Itulah
saya dalam sisi introvert.
Sekilas
saja saya akan bercerita tentang sahabat saya yang bernama Diaz sang extrovert
untuk lebih menjelaskan perbedaan pola pikir saya dengan orang lain.
Diaz
adalah orang yang sangat ekstrovert. Dia mendapatkan energi dengan berbicara
dengan banyak orang. Tidak hanya orang yang sudah lama dia kenal, tapi juga
orang yang baru dia kenal. Contoh saja, dia sangat suka pergi ke CFD untuk
memamerkan anjingnya yang lucu banget dan ngobrol dengan orang banyak. Dia juga
tidak sungkan membawa teman-temannya datang ke kontrakan. Dia juga sangat suka
meyakinkan orang lain dengan pengalaman dan pola pikirnya yang “kadang” cerdas
itu xD. Maka dari itulah dia juga sangat merasa nyaman dengan komunitas standup
comedy di malang ini. Walaupun dia sangat berbeda dengan saya, dan saya tidak
akan bisa menjadi sesosok orang yang seperti dia, tapi dialah yang membuat saya
terus ada disini dan membuat pikiran saya jauh lebih terbuka.
Segitu
saja cerita saya dari segi Introvert vs. Extrovert. Sekarang kita lanjut ke
Sensing vs.
Intuition
Perbedaan Tipe
Diri Sensing & Intuition
Sensing
|
Intuition
|
Pengalaman
menjadi ukuran dalam memecahkan masalah
|
Menperhatikan
pola-pola dan hubungan-hubungan
|
Senang
menerapkan apa yang dipelajari
|
Umum dan
cenderung abstrak
|
Menyelesaikan
tugas tahap demi tahap
|
Hidup terarah
ke masa yang akan datang dan mempersiapkan apa yang terjadi daripada sekarang
|
Fokus pada apa
yang ada
|
Lebih suka
memikirkan kemungkinan-kemungkinan
|
Menikmati masa
sekarang dan enggan mengorbankannya untuk masa depan
|
Inspiratif,
Imajinatif dan Inovatif.
|
Memperhatikan
rincian dan bagian-bagian khusus
|
Menyukai
kesempatan-kesempatan untuk dapat menemukan hal-hal baru
|
Hidup pada masa
kini dan menikmati semua yang ada
|
Mulai sesuatu
darimana saja dan mengerjakannya dengan melompati urutan langkah-langkah
|
Lebih suka
mengerjakan hal-hal praktis dan pragmatis
|
Mengabaikan
petunjuk dan mengikuti firasat
|
Menyukai hal-hal
pasti yang dapat diukur
|
Menyukai
perubahan-perubahan dan variasi
|
Memulai dari
titik awal dan mengerjakan langkah demi langkah
|
Mungkin
menimbulkan kesan plin-plan
|
Mematuhi
petunjuk dan memperhatikan bagian-bagian kecil
|
Intuition membutuhkan sensing untuk
menyeimbangkan
|
Menimbulkan
kesan materialistis dan bertele-tele
|
|
Membutuhkan Intuition
untuk menyeimbangkan
|
Disini,
saya adalah tipe sensing dengan tingkat sebesar 70%.
Semua
yang ada di tabel tersebut sangatlah benar. Saya adalah tipe orang yang
realistis, detail, dan hampir tidak pernah berimajinasi. Walaupun kalau anda
tahu, saya adalah seseorang yang apabila tidur, hampir selalu mimpi dan mimpi
saya tidak akan bisa anda terjemahkan karena mimpi saya sangatlah aneh dan
imajinasi saya saja tidak pernah terpikirkan sampai mimpi seperti itu. Lain
cerita juga saya akan ceritakan pengalaman mimpi-mimpi saya.
Berikut
pola pikir saya mewakili team Sensing.
Sensing
|
On me
|
Pengalaman
menjadi ukuran dalam memecahkan masalah
|
Dalam hal ini, hanya memang lebih suka
memberi solusi secara emosional dan bukan praktikal apabila seseorang curhat
ke saya apabila pengalaman saya lebih minim dalam memahami kasus tersebut.
|
Senang
menerapkan apa yang dipelajari
|
Seperti apa
yang saya lakukan sekarang, saya mempelajari tentang psikologi, dan
menerapkan dengan cara menulis hal ini.
|
Menyelesaikan
tugas tahap demi tahap
|
Yaps
|
Fokus pada apa
yang ada
|
Yaps
|
Menikmati masa
sekarang dan enggan mengorbankannya untuk masa depan
|
Iya, ini ada
ceritanya sendiri sih, nanti saya tulis dilain kertas.
|
Memperhatikan
rincian dan bagian-bagian khusus
|
Yeps, I’m a
detailed person.
|
Hidup pada masa
kini dan menikmati semua yang ada
|
Iya, apalagi
saya anak kekinian, bukan anak vintage old soul dan bukan anak yang
futuristic juga.
|
Lebih suka
mengerjakan hal-hal praktis dan pragmatis
|
Iya, bahkan
cenderung males dan gamau repot xD
|
Menyukai
hal-hal pasti yang dapat diukur
|
Absolutely
true, saya ga suka dengan hal-hal yang tidak terjangkau atau tidak mudah
dijangkau.
|
Memulai dari
titik awal dan mengerjakan langkah demi langkah
|
Iya, soalnya
saya detil, sampai kadang bingung mau mulai dari mana.
|
Mematuhi
petunjuk dan memperhatikan bagian-bagian kecil
|
Hmm ini bisa
jadi aja sih, gak selalu. Dan saya ini sebenarnya bukan tipe yang taat sama
peraturan. Bahkan lebih suka rebel/berontak/break the rules.
|
Menimbulkan
kesan materialistis dan bertele-tele
|
Ini iya banget,
bertele2 nih alasannya karena emang banyak banget yg mau diceritain dan gatau
kenapa susah buat ngeringkes maksud sendiri.
|
Membutuhkan Intuition
untuk menyeimbangkan
|
Iya, semoga
saya bisa menyeimbangkan sensing dan intuition.
|
Thinking vs.
Feeling
Berikut
chartnya thinking vs feeling
Thinking
|
Feeling
|
Memutuskan
berdasarkan pemikiran (kepala)
|
Memutuskan
berdasarkan perasaan (hati)
|
Bekerja
berdasarkan logika
|
Bekerja
berdasarkan keyakinan pribadi
|
Objektif,
menerapkan prinsip dan aturan
|
Lembut hati dan
bijaksana
|
Tegas, tidak
sungkan melakukan kritikan atau ungkapan tidak setuju
|
Menghargai
empati dan mengutamakan harmoni
|
Memperhatikan
kebenaran dan keadilan
|
Memperhatikan
keselarasan dan hubungan baik
|
Mempertimbangkan
hal denga rasio, tanpa melihat perasaan orang lain
|
Memandang
kejadian bagian dari situasi
|
Mempunyai
pandangan luas
|
Mempunyai
kemampuan untuk memahami orang lain
|
Mempunyai
kemampuan yang baik dalam menganalisis rencana
|
Disini,
saya adalah seorang yang mengandalkan feeling dengan tingkat 67% dalam megambil
keputusan. Berikut penjelasannya
Feeling
|
On Me
|
Memutuskan
berdasarkan perasaan (hati)
|
Iya, saya
sangat-sangat mengandalkan hati dalam mengambil keputusan. Maka dari itu,
saya tidak bisa berpura-pura. Contoh aja nih, misal saya diajak ketemu dan
males, saya bakalan nolak dengan halus. Dan juga, jika perasaan saya gaenak,
dengan mudah saya menentukan untuk membatalkan hal tersebut. Dan biasanya,
memang benar hal tersebut memang tidak asyik apabila saya jalani.
|
Bekerja
berdasarkan keyakinan pribadi
|
Ini emang iya,
tapi, kadang saya juga mempertimbangkan orang lain karena saya adalah seorang
yang suka diyakinkan dan masih suka dengar cerita dari sisi orang lain.
|
Lembut hati dan
bijaksana
|
Lembut hati
iya, bijaksana mah kagak xD. Doakan semoga saya cepet bijak karena sungguh
saya ingin berubah jadi lebih dewasa.
|
Menghargai
empati dan mengutamakan harmoni
|
Nah, ini bener
banget. Makanya saya gak terlalu suka dengan drama di dunia nyata dan ga suka
dengan konflik, apalagi soal potilik dan agama, blas ga tertarik. Tapi kalo
nonton film, malah paling suka genre drama tapi yang amerika ya, fyi and tmi
saya benci drakor banget soalnya lebay xD
|
Memperhatikan
keselarasan dan hubungan baik
|
Iya, saya lebih
mentingin untuk disukai. Tapi dilain cerita, saya juga sering mengcut
hubungan/ngeblock orang yang ga saya suka dengan gampangnya. Ini akan saya
ceritain di cerita yg lebih detail tentang perjalanan bersama orang yang
pernah jadi sahabat-sahabat saya.
|
Memandang
kejadian bagian dari situasi
|
Mungkin? Ini saya
ga terlalu ngerti.
|
Mempunyai
kemampuan untuk memahami orang lain
|
Ini iya, karena
saya suka memahami alasan dibalik sesuatu. Fyi aja, saya orangnya emang ga
mudah dalam dipengaruhi untuk benci sama orang lain. Misal aja nih, banyak
orang yang benci sama A. Saya ga bisa ikut-ikutan benci. Saya bakal
memastikan sendiri orang tersebut seperti apa. Bahkan saya tidak malu untuk
berteman dengan orang yang dibenci orang-orang asal kenyataannya dia memang
orang yang baik.
|
Tambahan
info aja, berikut penjelasan tentang feeling dari tipe diri saya.
Feeling
Sifat feeling mengutamakan kerja yang
didasarkan pada keyakinan diri sendiri, dibandingkan dengan orang lain. Dalam
memutuskan suatu hal, seorang feeling sangat memperhatikan perasaan. Hal ini
dilakukan demi menjaga hubungan baik dengan rekan-rekannya. Ia merasa khawatir
jika dirinya dilukai atau melukai perasaan orang lain.Ia sangat menunjukkan
sara empati tinggi kepada orang lain. Dalam pribadinya, muncul
tindakan-tindakan peduli terhadap orang lain. Jika ada orang yang meminta
pertolongan, ia tidak menunda-nunda untuk membantunya.Dalam obrolan, ia jarang
menentang pendapat orang lain, bahkan ia menghindarinya. Ia juga cenderung
mengikuti kesepakatan-kesepakatan hasil obrolan. Terkadang ia menjadi penengah
dalam konflik dan meredam perselisihan di dua pihak.Dalam bertindak, ia
termotivasi oleh kebutuhan untuk dihargai. Dalam mengambil keputusan maupun
mengambil kesimpulan, ia cenderung subjektif. Terkadang ia plin-plan dan
kebingungan dalam mengambil sikap.
Penjelasan tersebut emang iya
banget, saya emang jarang menggunakan logika saya, gatau kenapa, keputusan di
hati itu jauh lebih penting. Mungkin saya waktu kecil kebanyakan nonton Disney
yang selalu nekanin, “Follow your heart.” kali ya xD. Bahkan, saking bodohnya
saya sama logika, saya semenjak SD, ga pernah bisa sama yang namanya
Matematika. Bahkan selalu takut dan benci banget kalo ada pelajaran ini. Bahkan
selalu dapet nilai dibawah 40, dapet 40 aja seneng daripada dapet nilai 19, 25,
36 xD. Bahkan sampe pernah diusir dari kelas soalnya waktu ujian cuma nulis ulang
soalnya dan cuma ngasih kurung kurung yang semakin lebar xD. Saya juga
mati-matian dapetin contekan dari siapapun, bahkan orang yang paling bodohpun
masih lebih pintar dari saya, separah itu, hahaha.
Next,
ke hal yang paling akhir dari kombinasi 16 tipe kepribadian, yaitu:
Judging vs. Perceiving
Disini,
saya adalah seorang yang lebih dominan judging dengan tingkat sebesar 72%
dibandingan perceiving.
Berikut
penjelasannya, judging vs perceiving
1)
Judging
Seorang
judging tidak suka dengan kejutan. Pola sikap yang ditunjukkan teratur. Ia
senang dengan keputusan yang pasti. Dalam melakukan tindakan, ia terencana
dengan jelas, serta cenderung menyukai kategori-kategori dan batasan-batasan
yang tegas. Untuk mengatur kegiatannya, ia terkadang memiliki catatan atau
jadwal kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Seorang
judging juga terkesan kurang luwes, tetapi berorientasi kepada aturan dan hasil
saat mengerjakan sesuatu. Mereka memiliki prinsip “bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian”. Jika diberikan tugas, ia selesaikan dengan rapi dan
sistematis. Baginya, tugas yang diberikan adalah tanggung jawab yang harus
diselesaikan. Namun, ia cenderung tidak bisa mengerjakan dua pekerjaan dalam
waktu yang sama. Ia baru akan mengerjakan tugas lain, jika tugas sebelumnya
sudah dikerjaikan dengan baik.
2)
Perceiving
Dalam
menjalani hidup, seorang perceiving menghadapi dengan terbuka, serta menerima
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Dengan begitu, ia mudah menyesuaikan
diri, memahami orang lain, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan.
Ia ceenderung luwes karna memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada diri yang
optimis ini, prestasi adalah prioritas dalam hidupnya.Oleh karna itu, ia
berusaha untuk meraih keinginannya dalam situasi apapun. Ia dapat menerima
orang lain apa adanya. Tentang pendapat yang berbeda, baginya tak jadi
persoalan. Fleksibilitas baginya adalah peluang untuk menemukan
kemungkinan-kemungkinan.
Pada
diri yang spontan ini, apa yang sudah di jadwalkan hanya sebagai pengingat
saja. Keteraturan baginya adalah hal yang kaku. Ia lebih memilih bebas dan
sangat menikmati pada proses yang sedang ia kerjakan. Baginya, keputusan yang
sudah diambil atau ditetapkan bisa ditarik kembali dan diubah.
Tidak
heran jika dari sisi penampilan,ia kurang rapi dan tidak terorganisasi. Hal ini
kerna lebih tertarik dengan penyesuaian perubahan terhadap situasi. Jika
pekerjaan yang ia tangani kurang menye
nangkan,
ia lebih memilih meninggalkan pekerjaan tersebut sehingga terkesan kurang
tanggung jawab.Baginya, kepuasan hanya tampak diawal, setelah itu pindah ke
pekerjaan lain.
Judging
|
Perceiving
|
Senang membuat
keputusan yang pasti
|
Senang
mengikuti rasa ingin tahu dan menemukan kejutan
|
Menyukai
batas-batas dan kategori-kategori yang jelas
|
Menyukai
kebebasan untuk melakukan percobaan tanpa batas
|
Merasa nyaman
dalam lingkungan yang jelas batas-batasannya
|
Merasa nyaman
dalam lingkungan yang terbuka, Batas-batasannya tidak jelas
|
Lebih menyukai
gaya hidup teratur
|
Lebih menyukai
gaya hidup luwes
|
Menyukai aturan
dan struktur yang jelas
|
Menyukai
kegiatan yang mengikuti arus
|
Menyukai hidup
yang terencana
|
Menyukai hidup
yang sebagaimana adanya
|
Mengambil
keputusan dengan cepat
|
Menimbulkan
kesan tidak teratur, kacau-balau, dan tidak bertanggung jawab
|
Menimbulkan
kesan menuntut, kaku dan tegang
|
Membutuhkan
Judgment untuk menyeimbangkan
|
Membutuhkan
Perception untuk menyeimbangkan
|
Penjelasannya
dari sisi saya,
Judging
|
On Me
|
Senang membuat
keputusan yang pasti
|
Very true,
seperti yang sudah saya bilang tadi, saya gasuka sama yang ga jelas dan butuh
keyakinan.
|
Menyukai
batas-batas dan kategori-kategori yang jelas
|
Ga juga, ya
pokoknya jelas.
|
Merasa nyaman
dalam lingkungan yang jelas batas-batasannya
|
Iya, pokoknya
sih lingkungan yang ga aneh-aneh ato negatif.
|
Lebih menyukai
gaya hidup teratur
|
Iya, agak gopoh
kalau ada perubahan memang.
|
Menyukai aturan
dan struktur yang jelas
|
Aturan enggak
juga, pokoknya yang pasti-pasti aja.
|
Menyukai hidup
yang terencana
|
Bener, tipe
pemikir bahkan over-thinker emang begini ini dah. Bakal gopoh kalo gatau masa
depan itu kayak apa.
|
Mengambil
keputusan dengan cepat
|
Yaps, soalnya
dominan dan ngambil keputusannya pake hati. Tapi ga selalu juga, kalo
pilihannya sulit banget kadang juga masih bisa bingung dan lama kok
mutusinnya.
|
Menimbulkan
kesan menuntut, kaku dan tegang
|
Iya, banyak
orang yang ngomong saya keliatannya serius banget. Tapi nyatanya, saya suka
bercanda kok.
|
Membutuhkan
Perception untuk menyeimbangkan
|
Nah, disini
saya memang ingin jadi sedikit lebih santai supaya ga stress-stress amat.
|
Iya,
saya adalah orang yang detail dan sedikit perfeksionis.
Saya
juga seseorang yang harus bisa menerka masa depan, contoh kecil aja nih. Saya
punya sabun, sampo, dll. Minimal harus punya stok 2 biji, kalo engga, saya
bakal stress, atau lebih tepatnya panik. Iya ini sepele padahal, tapi emang
pola pikir saya seperti ini. Contoh lain, saya tidak suka diajak pergi dadakan,
kebanyakan sih kalo saya belum siap ya saya ga nerima ajakan tersebut. Dan
contoh lain lagi, saya ga mungkin pergi jauh tanpa prepare mateng-mateng.
Kemana, habis berapa, mau kemana aja, bakal gimana, itu semua bakal saya
pikirin banget-banget dari jauh hari. Nah, tapi kebanyakan temen-temen standup
sih anaknya santai-santai jadi suka mikirin sehari sebelumnya. Nah, disini saya
emang gopoh dan sulit buat santai.
Terlepas
dari semua ini, sungguh saya pengen jadi orang yang santai, kadang saya juga
tanya kepada alam semesta, kenapa sih otakku ini terbentuk ISFJ, dan bukannya
ENTP yang super santai? Tapi ketahuilah teman-teman, tiap otak kalau discan itu
semuanya berbeda dan ga ada yang sama. Semua juga terbentuk karena lingkungan
atau mungkin bahkan dari lahir.
Tapi
beruntung sih dengan tau dan memahami tentang kombinasi 16 kepribadian ini,
saya, dan semoga orang yang baca tulisan saya ini bisa sedikit mengerti dan
memahami orang lain. Karena overthinker seperti saya, mengetahui alasan dibalik
sesuatu bisa dibilang hanya satu-satunya cara untuk menenangkan batin.
Dan
yang terakhir,
Assertive
vs. Turbulent
Individu
asertif (-A) adalah seorang yang percaya diri, tidak mudah marah dan tahan
terhadap stres. Mereka tidak terlalu khawatir dan tidak terlalu memaksakan diri
untuk mencapai tujuan. Selain itu, mereka juga tidak suka menghabiskan waktu
untuk memikirkan pilihan atau tindakan di masa lalu. Tidak mengherankan, orang
dengan sifat ini merasa lebih percaya diri dengan kemampuan mereka dalam
menangani situasi yang menantang dan tak terduga.
Sebaliknya, individu dengan
identitas Turbulen (-T) adalah seorang yang berhati-hati dan sensitif terhadap
stres. Mereka cenderung perfeksionis dan ingin
memperbaiki sesuatu. Mereka juga lebih suka untuk ganti pekerjaan jika
mereka merasa terjebak dalam situasi yang tidak mereka inginkan dan
menghabiskan waktu untuk memikirkan pekerjaan baru yang sesuai.
Dengan betapa tidak beruntungnya
saya, saya adalah tipe Turbulen. Udah ISFJ, -T lagi, jelas saya adalah
overthinker berat. Tapi saya masih beruntung karena tingkat keperfeksionisan
saya mungkin cuma 20%. Dilain kesempatan saya akan cerita tentang seseorang
yang menginspirasi saya untuk menulis semua hal ini. Jadi memang benar, saya
tipe turbulen yang dikit-dikit saya suka bercanda pengen mati, dikit-dikit
stress, dikit-dikit nyerah.
Tapi, karena saya mengetahui tipe
saya yang ISFJ-T ini ga membuat saya pasrah dengan keadaan ini kok. Sifat
seseorang seiring berjalannya waktu akan
berubah, dan apalagi sekarang saya punya strong willing untuk mikir
lebih positif.