Selasa, 24 Oktober 2017



Me & Other People
            Disini saya hanya ingin bercerita, tentang unek-unek saya yang terdalam. Supaya apabila saya mati kelak, ada tulisan yang saya tinggalkan. Karena ini adalah sesuatu  yang selalu ada dipikiran saya saat mengalami perbedaan pola pikir dengan orang lain. Sebenarnya saya ingin menulis tulisan ini dalam bahasa Inggris, tapi karena saya ingin semua teman-teman saya membaca dengan lebih mengerti, saya tulis saja dengan bahasa Indonesia. Iya, semua teman-teman saya, yang peduli benar dengan saya tentunya. Karena ada pepatah, “Never explain yourself to anyone. Because the person who likes you doesn’t need it, and the person who dislikes you won’t believe it.” Yang artinya, jangan pernah menjelaskan tentang diri anda kepada siapapun. Karena orang yang menyukai anda tidak membutuhkannya, dan orang yang tidak suka kepada ada tidak akan mempercayainya. Disini hanya menulis hanya untuk kepuasan diri saya sendiri, dan untuk Fianita & Giska, yang merupakan sosok sahabat saya yang selalu menunggu tulisan saya ini :*, dan mungkin beberapa orang yang berkenan membaca tulisan saya ini.
            Saya adalah seorang lulusan angkatan 2013 Sastra Inggris di Ma Chung, Malang, lulus tepat waktu. Selain ketertarikan saya terhadap bahasa, saya sangat tertarik pada bidang psikologi apalagi tentang psikologi kepribadian. Iya, hanya ini, kalau psikologi umum, psikologi agama, sosial, dll, saya kurang tertarik.
            Beberapa bulan ini, bahkan beberapa tahun seiring berkembangnya pemikiran saya dari kecil sampai dewasa, saya sangat tertarik dengan alasan dibalik sesuatu yang terjadi. Disini, saya menemukan 2 teori yang menarik. Yaitu tentang 16 kepribadian dari Myer-Briggs, dan 5 bahasa cinta dari Garry Chapman. Saya mempelajari akan hal ini hampir berhari-hari dan nonstop dipikiran saya.
angsung saja pada teori yang pertama, 16 kepribadian dari Myer-Briggs. 16 kepribadian disini terbentuk dari kombinasi akan 4 pola yang berbeda seperti gambar dibawah ini.




Yang maka dari itu akan terbentuk pola-pola seperti ini. Yang dimana saya adalah kombinasi dari ISFJ.


Introvert / Extrovert
Introvert
            Tes saya menunjukkan bahwa tingkat introvert saya adalah 73%. Dan iya, introvert/ekstrovert ini sangat mempengaruhi pola pikir seseorang lho. Jangan pernah menyepelekan hal ini. Karena, memahami akan pola pikir orang lain dapat membuat seseorang memaklumi apa yang dilakukan oleh orang lain.
            Seorang introvert akan mendapatkan ketenangan dan energi dengan caranya sendiri. Bisa membaca buku, sendiri di kamar, menonton TV, main game, atau apapun yang jadi “booster”nya saat sendiri. Tapi, bagi seorang ekstrovert, dia tidak akan bisa berdiam diri seperti ini. Mereka akan memilih untuk bermain di luar, berinteraksi dengan orang sebanyak mungkin, berolahraga, dll. Ekstrovert memang mendapat energi dan ketenangannya dari sini. Karena apabila dia hanya berdiam diri di rumah, mereka akan merasakan ada sesuatu yang kurang. Tapi
Bagi introvert, mereka tidak akan bisa seperti ekstrovert, bukan tidak bisa sih, kadar introvert dan ekstrovert seseorang emang beda-beda dan tidak ada ilmu pastinya, tapi kecenderungan sih iya.
            Nah, disini saya ada adalah seorang introvert. Tapi banyak orang lain yang menganggap saya aneh karena saya selalu sendiri. Saya paling suka ke mall sendiri, bahka nonton bioskop sendiri. Bagi kebanyakan orang, orang lain menganggap saya menyedihkan dan tidak punya teman. Tetapi, orang tidak tahu alasan dibalik kenapa saya suka ke melakukan beberapa hal sendiri. Berikut alasan-alasan saya atau lebih tepatnya pola pikir saya.

            Disini akan saya bagi jadi dua, yaitu dalam hal pergi sendiri, dan dalam pergaulan.
Pergi Sendiri
1. Saya pergi ke suatu tempat seperti mall, pasti punya tujuan. Contoh: saya mau beli baju atau keperluan alat-alat mandi. Iya, saya ke mall atau kemanapun bukan untuk jalan-jalan santai liat-liat di mall. Dan yang perlu anda pahami, saya bukan tipe cewe yang kalo belanja lama atau lihat barang secara mendetail. Saya belanja super cepet bahkan cuma beberapa menit, kalau mau eksplor pun saya juga cepet liat-liatnya.
2. Karena hal tadi, saya tidak memperlukan teman/keluarga untuk menemani saya melakukan hal tersebut, kenapa? Saya memang lebih nyaman seperti ini. Dan sedari kecil, mama saya juga selalu menyebut saya orang yang super duper mandiri dan beberapa orang memang sangat heran. Tapi mengertilah, saya tidak sama seperti kebanyakan orang. Bisa jadi kepribadian saya ini terbentuk karena apa yang disukai oleh tua saya berbeda dengan saya. Sedari kecil, orang tua saya tidak pernah berjalan-jalan di seksi baju-baju atau aksesoris, mereka lebih suka melihat makanan-makanan. Bahkan ibu saya tidak pernah berdandan atau suka dengan fashion. Maka dari itu, keinginan saya sedari kecil untuk jalan-jalan melihat barang-barang ini tanpa merepotkan orang tua saya sangatlah tinggi. Ayah saya sangat dominan. Ibu saya tidak. Kakak saya tidak. Sedangkan saya juga dominan sama seperti ayah saya. Iya, dua kepala yang berbeda. Maka dari itu, tiap weekend jika keluarga saya pergi jalan-jalan, saya tidak pernah ikut. Sudah tau kan alasannya? Saya punya kesenangan yang berbeda, dan memang, saya tidak begitu menemukan kesenangan dalam apa yang dieksplor oleh orang tua saya.
3. Tapi tunggu dulu, alasan dibalik itu semua, saya tidak ingin merepotkan siapapun. Mengapa? Karena saya tidak ingin merepotkan seseorang. Sedari kecil ayah saya paling benci kalau dibuat menunggu, kalau saya telat, benar-benar ditinggal. Karena ayah saya yang seperti ini, membuat saya tidak mau membuat orang lain menunggu seperti punya pacar yg nungguin cewenya nyalon. Hal ini tidak mungkin terjadi.
4. Alasan berikutnya, saya punya pola pikir seperti ini, jalan-jalan dengan teman tuh quality time, bukan semata nemenin saya. Walaupun nemenin seseorang tuh bagi orang lain menyenangkan juga kalo apa-apa dilakukan bersama. Nah disini saya gak merasakan hal itu. Saya lebih suka kita berdua melakukan apa yang ingin kita lakukan, bukan hanya apa yang saya lakukan.

Pergaulan
Bagi seorang introvert seperti saya, saya tidak terlalu memiliki banyak teman.
Tunggu, kalimat “Saya tidak terlalu memiliki banyak teman.” ini mungkin bagi sebagian banyak orang terlihat menyedihkan sekali. Tapi tidak bagi saya lho. Kenapa? Saya jabarkan pola pikir saya lagi.
1. As I said before, introvert mendapatkan energinya dari kesendirian. Bagi saya, punya banyak teman sungguhlah tidak penting. Mengapa? Sungguh saya tidak dapat energi apa-apa dalam memiliki banyak teman. Yang saya butuhkan hanyalah satu sahabat. Iya itu sudah sangatlah lebih dari cukup. Semenjak SD bahkan sampai sekarang, saya selalu memiliki satu sahabat. Semisal, waktu SMA kelas 1, saya punya sahabat yg namanya F, kelas 2 SMA punya sahabat namanya D, kelas 3 SMA punya sahabat yg namanya R. Nah, disini saya sudah sangat bersyukur karena selalu ada satu orang yang bisa selalu saya bagi akan kisah saya. Kenapa sih? Karena 1 sahabat yang selalu ada buat saya itu sudah sangat cukup. Batin saya ini bahagia dengan 1 saja orang yang mengerti saya. Bahkan parahnya, waktu kuliah saya punya sahabat yg namanya Y. Saat saya bertengkar sama dia, serius, saya sempat ingin berhenti kuliah. Iya, sampai-sampai beberapa orang yang saya anggap sahabat itu rishi dengan saya. Kebanyakan dari mereka berpikir,”Kenapa sih anak ini selalu sama saya aja? Saya kan ingin bergaul sama yg lain.” Disini saya baru sadar setelah dia berani bilang terus terang dengan saya, dan untungnya dia mau cerita. Disini saya paham betul kalau ternyata selama ini saya merasa cocok sendirian. Iya, hal inilah yang paling menyedihkan. Tapi yasudahlah, sebenarnya mereka juga sayang kok sama saya, saya aja juga yang mungkin terlalu dekat dan tidak memikirkan orang lain saking asyiknya menghabiskan waktu dengan sahabat-sahabat saya.  
            Kenapa sih saya emotionally attached banget kalo udah punya sahabat? Ya karena saya merasa, mereka juga sayang sama saya sebagai sahabat, kita saling cerita, saling ketawa, selalu pergi bareng. Jadi, apa yang aneh? Nah mungkin saya kurang paham. Tapi sungguh, saya memperhatikan mereka dan tidak melulu hanya saya saja yang bercerita. Sungguh saya tidak paham kalau sebenarnya mereka cuma kasihan sama saya atau apalah alasan dari mereka yang tidak saya mengerti. Per sahabat semenjak kecil membentuk kepribadian saya, yang lain kali saya ingin ceritakan juga kisah-kisah saya dengan beberapa orang yang pernah saya anggap sahabat. Ada yang kisahnya sudah berakhir dan tidak berkontak lagi, adapun untungnya yang sekarang masih setia, dan bahkan ada yang mengajarkan arti sahabat yang sesungguhnya. Karena waktu pemikiran saya masih dangkal dulu, saya berpikir bahwa sahabat itu adalah orang yang bisa dikatakan 24 jam atau selalu bersama dengan saya. Orang yang selalu berbagi kisah bersama. Ternyata itu salah besar. Definisi sahabat yang sesungguhnya adalah persahabatan yang tidak mengenal waktu dan menyempatkan quality timenya. Dan hal ini disadarkan oleh sahabat saya yang bernama T.  Dia jugalah orang yang mengajarkan saya apa arti mengampuni. Karena sungguh, banyak sahabat saya yang sudah tidak berkontak lagi dengan saya seiring berjalannya waktu seperti saat lulus sekolah ataupun lulus dari kuliah.
            Intinya, saya membutuhkan seseorang yang emotionally attached dengan saya. Karena itu tadi, saya tidak membutuhkan orang yang hanya sekadar teman. Tapi dilain cerita, saya juga berteman ramai-ramai. Sedari kecil mungkin banyak yang menganggap saya seperti cowo, maka dari itu, teman cowo saya emang banyak sih, tapi waktu kecil sampai kuliah awal-awal, tidak ada 1pun yang sampai pernah menjadi sahabat. Sedari SD, SMP, dan kuliah, selain saya terkenal memiliki  1 sahabat cewe, saya juga dikenal selalu bermain sama cowo-cowo. Iya, saya bisa kalau beramai-ramai dengan cowok. Tapi jangan salah, disini saya juga dianggap cowo, bukan cewe yang ganjen dan bakal dapet pacar dari nongkrong sama mereka-mereka ini. Kenapa saya bisa kalau beramai-ramai dengan cowo-cowo ini? Karena 1, dari kecil saya gamer berat, dan 1 lagi, saya suka banget ketawa. Nah maka dari ini, dari dulu saya memang memiliki lebih banyak teman cowo. Tapi tidak emotionally attached dengan sahabat saya yang cewe. Hanya sekedar nongkrong haha hihi asik. Tapi saya normal ya, saya tetep naksir cowok dan gak bakal suka sama cewe kok xD.

Komunitas Stand Up Comedy
            Hal yang saya tulis tadi, cukup menjelaskan mengapa saya lebih suka punya satu sahabat. Tapi semenjak saya berada di komunitas ini, ini adalah suatu keajaiban yang berbeda. Saya akan bercerita awal masuk dalam komunitas ini, tapi tidak secara mendetil, akan saya tulis detil dikesempatan berikutnya saja.
            Setelah membaca tulisan tentang saya tadi, seharusnya anda berpikir bahwa saya tidak akan mungkin masuk dalam komunitas ini bahkan komunitas apapun. Tunggu dulu, selain hal yang sudah saya ceritakan tadi, ada satu hal yang juga membentuk kepribadian saya. Yaitu, apabila saya sudah sangat cinta dengan sesuatu hal, apapun akan saya lakukan. Iya, apapun.
            Long story short, saya suka standup comedy karena ayah saya yang suka nonton ini di tv. Alhasil saya suka banget sama hal ini karena basically energi yang paling saya suka sedari kecil adalah tertawa. Dan singkat cerita, pertama kali saya nonton standup secara langsung tuh karena diajak sahabat saya si Y untuk nonton Raditya Dika di UB walaupun itu tentang tips & trick jadi penulis. Nonton Radit cuma supaya dapet sertifikatnya doang, karena lulus di Ma Chung harus mengumpulkan poin-poin dari berkegiatan di luar.
            Nonton yang kedua, mengubah segalanya. Tanggal 27 September 2014, Malam Tawa dengan guest star Abdur dan Dodit. Disitulah pertama kali saya kenal dengan standup malang. Singkat cerita, semenjak itu saya langsung cari tau tentang tempat openmicnya dimana. Dan saya datang ke kafe Busker Bean itu religiously tiap Jumat dan hampir tidak pernah absen. Awalnya saya ditemanin orang yang pernah jadi sahabat saya namanya L, tapi singkat cerita dia sudah tidak terlalu bisa menemani saya kesana akhirnya saya kesana sendiri. Dan karena muka saya yang oriental sendiri ini, beberapa dari komik standup malang menotice saya dan saking seringnya kesana, akhirnya kita juga jadi teman, bahkan sahabat, yang bernama Diaz.
            Begitu sih awalnya, saya akan cerita lebih mendetail tentang perjalanan saya di standup malang di lain kertas. Intinya, seorang introvert seperti saya bisa masuk kesini karena tidak sebentar juga keinginan saya untuk menjadi keluarga dari mereka. Dan hanya disini, semakin ramai, saya semakin senang. Lain cerita dengan teman sekelas saya atau dengan orang yang tidak saya kenal di jalan. Dalam lubuk hati, saya selalu memilih untuk sendiri dan tidak bertemu dengan orang banyak. Karena, saya tidak akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu apabila orang lain tidak menyapa saya terlebih dulu. Dan sampai sekarang pun, saya masih begitu. Tapi entah mengapa, perasaan happy untuk beramai-ramai dalam dunia ini sungguhlah nyata dan ada. Mungkin terkesan lebay tapi sungguhlah bagi saya ini aneh sekali.  Hanya di dunia ini lah saya bahagia jika semakin beramai-ramai. Karena selalin dunia ini, saya tidak akan merasa nyaman jika beramai-ramai.

Itulah saya dalam sisi introvert.

Sekilas saja saya akan bercerita tentang sahabat saya yang bernama Diaz sang extrovert untuk lebih menjelaskan perbedaan pola pikir saya dengan orang lain.
Diaz adalah orang yang sangat ekstrovert. Dia mendapatkan energi dengan berbicara dengan banyak orang. Tidak hanya orang yang sudah lama dia kenal, tapi juga orang yang baru dia kenal. Contoh saja, dia sangat suka pergi ke CFD untuk memamerkan anjingnya yang lucu banget dan ngobrol dengan orang banyak. Dia juga tidak sungkan membawa teman-temannya datang ke kontrakan. Dia juga sangat suka meyakinkan orang lain dengan pengalaman dan pola pikirnya yang “kadang” cerdas itu xD. Maka dari itulah dia juga sangat merasa nyaman dengan komunitas standup comedy di malang ini. Walaupun dia sangat berbeda dengan saya, dan saya tidak akan bisa menjadi sesosok orang yang seperti dia, tapi dialah yang membuat saya terus ada disini dan membuat pikiran saya jauh lebih terbuka.
Segitu saja cerita saya dari segi Introvert vs. Extrovert. Sekarang kita lanjut ke
Sensing vs. Intuition
Perbedaan Tipe Diri Sensing & Intuition
Sensing
Intuition
Pengalaman menjadi ukuran dalam memecahkan masalah
Menperhatikan pola-pola dan hubungan-hubungan
Senang menerapkan apa yang dipelajari
Umum dan cenderung abstrak
Menyelesaikan tugas tahap demi tahap
Hidup terarah ke masa yang akan datang dan mempersiapkan apa yang terjadi daripada sekarang
Fokus pada apa yang ada
Lebih suka memikirkan kemungkinan-kemungkinan
Menikmati masa sekarang dan enggan mengorbankannya untuk masa depan
Inspiratif, Imajinatif dan Inovatif.
Memperhatikan rincian dan bagian-bagian khusus
Menyukai kesempatan-kesempatan untuk dapat menemukan hal-hal baru
Hidup pada masa kini dan menikmati semua yang ada
Mulai sesuatu darimana saja dan mengerjakannya dengan melompati urutan langkah-langkah
Lebih suka mengerjakan hal-hal praktis dan pragmatis
Mengabaikan petunjuk dan mengikuti firasat
Menyukai hal-hal pasti yang dapat diukur
Menyukai perubahan-perubahan dan variasi
Memulai dari titik awal dan mengerjakan langkah demi langkah
Mungkin menimbulkan kesan plin-plan
Mematuhi petunjuk dan memperhatikan bagian-bagian kecil
Intuition membutuhkan sensing untuk menyeimbangkan
Menimbulkan kesan materialistis dan bertele-tele

Membutuhkan Intuition untuk menyeimbangkan

Disini, saya adalah tipe sensing dengan tingkat sebesar 70%.
Semua yang ada di tabel tersebut sangatlah benar. Saya adalah tipe orang yang realistis, detail, dan hampir tidak pernah berimajinasi. Walaupun kalau anda tahu, saya adalah seseorang yang apabila tidur, hampir selalu mimpi dan mimpi saya tidak akan bisa anda terjemahkan karena mimpi saya sangatlah aneh dan imajinasi saya saja tidak pernah terpikirkan sampai mimpi seperti itu. Lain cerita juga saya akan ceritakan pengalaman mimpi-mimpi saya.
Berikut pola pikir saya mewakili team Sensing.
Sensing
On me
Pengalaman menjadi ukuran dalam memecahkan masalah
Dalam hal ini, hanya memang lebih suka memberi solusi secara emosional dan bukan praktikal apabila seseorang curhat ke saya apabila pengalaman saya lebih minim dalam memahami kasus tersebut.
Senang menerapkan apa yang dipelajari
Seperti apa yang saya lakukan sekarang, saya mempelajari tentang psikologi, dan menerapkan dengan cara menulis hal ini.
Menyelesaikan tugas tahap demi tahap
Yaps
Fokus pada apa yang ada
Yaps
Menikmati masa sekarang dan enggan mengorbankannya untuk masa depan
Iya, ini ada ceritanya sendiri sih, nanti saya tulis dilain kertas.
Memperhatikan rincian dan bagian-bagian khusus
Yeps, I’m a detailed person.
Hidup pada masa kini dan menikmati semua yang ada
Iya, apalagi saya anak kekinian, bukan anak vintage old soul dan bukan anak yang futuristic juga.
Lebih suka mengerjakan hal-hal praktis dan pragmatis
Iya, bahkan cenderung males dan gamau repot xD
Menyukai hal-hal pasti yang dapat diukur
Absolutely true, saya ga suka dengan hal-hal yang tidak terjangkau atau tidak mudah dijangkau.
Memulai dari titik awal dan mengerjakan langkah demi langkah
Iya, soalnya saya detil, sampai kadang bingung mau mulai dari mana.
Mematuhi petunjuk dan memperhatikan bagian-bagian kecil
Hmm ini bisa jadi aja sih, gak selalu. Dan saya ini sebenarnya bukan tipe yang taat sama peraturan. Bahkan lebih suka rebel/berontak/break the rules.
Menimbulkan kesan materialistis dan bertele-tele
Ini iya banget, bertele2 nih alasannya karena emang banyak banget yg mau diceritain dan gatau kenapa susah buat ngeringkes maksud sendiri.
Membutuhkan Intuition untuk menyeimbangkan
Iya, semoga saya bisa menyeimbangkan sensing dan intuition.

Thinking vs. Feeling
Berikut chartnya thinking vs feeling
Thinking
Feeling
Memutuskan berdasarkan pemikiran (kepala)
Memutuskan berdasarkan perasaan (hati)
Bekerja berdasarkan logika
Bekerja berdasarkan keyakinan pribadi
Objektif, menerapkan prinsip dan aturan
Lembut hati dan bijaksana
Tegas, tidak sungkan melakukan kritikan atau ungkapan tidak setuju
Menghargai empati dan mengutamakan harmoni
Memperhatikan kebenaran dan keadilan
Memperhatikan keselarasan dan hubungan baik
Mempertimbangkan hal denga rasio, tanpa melihat perasaan orang lain
Memandang kejadian bagian dari situasi
Mempunyai pandangan luas
Mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain
Mempunyai kemampuan yang baik dalam menganalisis rencana


Disini, saya adalah seorang yang mengandalkan feeling dengan tingkat 67% dalam megambil keputusan. Berikut penjelasannya
Feeling
On Me
Memutuskan berdasarkan perasaan (hati)
Iya, saya sangat-sangat mengandalkan hati dalam mengambil keputusan. Maka dari itu, saya tidak bisa berpura-pura. Contoh aja nih, misal saya diajak ketemu dan males, saya bakalan nolak dengan halus. Dan juga, jika perasaan saya gaenak, dengan mudah saya menentukan untuk membatalkan hal tersebut. Dan biasanya, memang benar hal tersebut memang tidak asyik apabila saya jalani.
Bekerja berdasarkan keyakinan pribadi
Ini emang iya, tapi, kadang saya juga mempertimbangkan orang lain karena saya adalah seorang yang suka diyakinkan dan masih suka dengar cerita dari sisi orang lain.
Lembut hati dan bijaksana
Lembut hati iya, bijaksana mah kagak xD. Doakan semoga saya cepet bijak karena sungguh saya ingin berubah jadi lebih dewasa.
Menghargai empati dan mengutamakan harmoni
Nah, ini bener banget. Makanya saya gak terlalu suka dengan drama di dunia nyata dan ga suka dengan konflik, apalagi soal potilik dan agama, blas ga tertarik. Tapi kalo nonton film, malah paling suka genre drama tapi yang amerika ya, fyi and tmi saya benci drakor banget soalnya lebay xD
Memperhatikan keselarasan dan hubungan baik
Iya, saya lebih mentingin untuk disukai. Tapi dilain cerita, saya juga sering mengcut hubungan/ngeblock orang yang ga saya suka dengan gampangnya. Ini akan saya ceritain di cerita yg lebih detail tentang perjalanan bersama orang yang pernah jadi sahabat-sahabat saya.
Memandang kejadian bagian dari situasi
Mungkin? Ini saya ga terlalu ngerti.
Mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain
Ini iya, karena saya suka memahami alasan dibalik sesuatu. Fyi aja, saya orangnya emang ga mudah dalam dipengaruhi untuk benci sama orang lain. Misal aja nih, banyak orang yang benci sama A. Saya ga bisa ikut-ikutan benci. Saya bakal memastikan sendiri orang tersebut seperti apa. Bahkan saya tidak malu untuk berteman dengan orang yang dibenci orang-orang asal kenyataannya dia memang orang yang baik.

Tambahan info aja, berikut penjelasan tentang feeling dari tipe diri saya.
Feeling
Sifat feeling mengutamakan kerja yang didasarkan pada keyakinan diri sendiri, dibandingkan dengan orang lain. Dalam memutuskan suatu hal, seorang feeling sangat memperhatikan perasaan. Hal ini dilakukan demi menjaga hubungan baik dengan rekan-rekannya. Ia merasa khawatir jika dirinya dilukai atau melukai perasaan orang lain.Ia sangat menunjukkan sara empati tinggi kepada orang lain. Dalam pribadinya, muncul tindakan-tindakan peduli terhadap orang lain. Jika ada orang yang meminta pertolongan, ia tidak menunda-nunda untuk membantunya.Dalam obrolan, ia jarang menentang pendapat orang lain, bahkan ia menghindarinya. Ia juga cenderung mengikuti kesepakatan-kesepakatan hasil obrolan. Terkadang ia menjadi penengah dalam konflik dan meredam perselisihan di dua pihak.Dalam bertindak, ia termotivasi oleh kebutuhan untuk dihargai. Dalam mengambil keputusan maupun mengambil kesimpulan, ia cenderung subjektif. Terkadang ia plin-plan dan kebingungan dalam mengambil sikap.
            Penjelasan tersebut emang iya banget, saya emang jarang menggunakan logika saya, gatau kenapa, keputusan di hati itu jauh lebih penting. Mungkin saya waktu kecil kebanyakan nonton Disney yang selalu nekanin, “Follow your heart.” kali ya xD. Bahkan, saking bodohnya saya sama logika, saya semenjak SD, ga pernah bisa sama yang namanya Matematika. Bahkan selalu takut dan benci banget kalo ada pelajaran ini. Bahkan selalu dapet nilai dibawah 40, dapet 40 aja seneng daripada dapet nilai 19, 25, 36 xD. Bahkan sampe pernah diusir dari kelas soalnya waktu ujian cuma nulis ulang soalnya dan cuma ngasih kurung kurung yang semakin lebar xD. Saya juga mati-matian dapetin contekan dari siapapun, bahkan orang yang paling bodohpun masih lebih pintar dari saya, separah itu, hahaha.

Next, ke hal yang paling akhir dari kombinasi 16 tipe kepribadian, yaitu:
Judging vs. Perceiving
Disini, saya adalah seorang yang lebih dominan judging dengan tingkat sebesar 72% dibandingan perceiving.
Berikut penjelasannya, judging vs perceiving
1) Judging
Seorang judging tidak suka dengan kejutan. Pola sikap yang ditunjukkan teratur. Ia senang dengan keputusan yang pasti. Dalam melakukan tindakan, ia terencana dengan jelas, serta cenderung menyukai kategori-kategori dan batasan-batasan yang tegas. Untuk mengatur kegiatannya, ia terkadang memiliki catatan atau jadwal kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Seorang judging juga terkesan kurang luwes, tetapi berorientasi kepada aturan dan hasil saat mengerjakan sesuatu. Mereka memiliki prinsip “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Jika diberikan tugas, ia selesaikan dengan rapi dan sistematis. Baginya, tugas yang diberikan adalah tanggung jawab yang harus diselesaikan. Namun, ia cenderung tidak bisa mengerjakan dua pekerjaan dalam waktu yang sama. Ia baru akan mengerjakan tugas lain, jika tugas sebelumnya sudah dikerjaikan dengan baik.

2) Perceiving
Dalam menjalani hidup, seorang perceiving menghadapi dengan terbuka, serta menerima kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Dengan begitu, ia mudah menyesuaikan diri, memahami orang lain, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan. Ia ceenderung luwes karna memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada diri yang optimis ini, prestasi adalah prioritas dalam hidupnya.Oleh karna itu, ia berusaha untuk meraih keinginannya dalam situasi apapun. Ia dapat menerima orang lain apa adanya. Tentang pendapat yang berbeda, baginya tak jadi persoalan. Fleksibilitas baginya adalah peluang untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan.
Pada diri yang spontan ini, apa yang sudah di jadwalkan hanya sebagai pengingat saja. Keteraturan baginya adalah hal yang kaku. Ia lebih memilih bebas dan sangat menikmati pada proses yang sedang ia kerjakan. Baginya, keputusan yang sudah diambil atau ditetapkan bisa ditarik kembali dan diubah.
Tidak heran jika dari sisi penampilan,ia kurang rapi dan tidak terorganisasi. Hal ini kerna lebih tertarik dengan penyesuaian perubahan terhadap situasi. Jika pekerjaan yang ia tangani kurang menye
nangkan, ia lebih memilih meninggalkan pekerjaan tersebut sehingga terkesan kurang tanggung jawab.Baginya, kepuasan hanya tampak diawal, setelah itu pindah ke pekerjaan lain.

Judging
Perceiving
Senang membuat keputusan yang pasti
Senang mengikuti rasa ingin tahu dan menemukan kejutan
Menyukai batas-batas dan kategori-kategori yang jelas
Menyukai kebebasan untuk melakukan percobaan tanpa batas
Merasa nyaman dalam lingkungan yang jelas batas-batasannya
Merasa nyaman dalam lingkungan yang terbuka, Batas-batasannya tidak jelas
Lebih menyukai gaya hidup teratur
Lebih menyukai gaya hidup luwes
Menyukai aturan dan struktur yang jelas
Menyukai kegiatan yang mengikuti arus
Menyukai hidup yang terencana
Menyukai hidup yang sebagaimana adanya
Mengambil keputusan dengan cepat
Menimbulkan kesan tidak teratur, kacau-balau, dan tidak bertanggung jawab
Menimbulkan kesan menuntut, kaku dan tegang
Membutuhkan Judgment untuk menyeimbangkan
Membutuhkan Perception untuk menyeimbangkan


Penjelasannya dari sisi saya,


Judging
On Me
Senang membuat keputusan yang pasti
Very true, seperti yang sudah saya bilang tadi, saya gasuka sama yang ga jelas dan butuh keyakinan.
Menyukai batas-batas dan kategori-kategori yang jelas
Ga juga, ya pokoknya jelas.
Merasa nyaman dalam lingkungan yang jelas batas-batasannya
Iya, pokoknya sih lingkungan yang ga aneh-aneh ato negatif.
Lebih menyukai gaya hidup teratur
Iya, agak gopoh kalau ada perubahan memang.
Menyukai aturan dan struktur yang jelas
Aturan enggak juga, pokoknya yang pasti-pasti aja.
Menyukai hidup yang terencana
Bener, tipe pemikir bahkan over-thinker emang begini ini dah. Bakal gopoh kalo gatau masa depan itu kayak apa.
Mengambil keputusan dengan cepat
Yaps, soalnya dominan dan ngambil keputusannya pake hati. Tapi ga selalu juga, kalo pilihannya sulit banget kadang juga masih bisa bingung dan lama kok mutusinnya.
Menimbulkan kesan menuntut, kaku dan tegang
Iya, banyak orang yang ngomong saya keliatannya serius banget. Tapi nyatanya, saya suka bercanda kok.
Membutuhkan Perception untuk menyeimbangkan
Nah, disini saya memang ingin jadi sedikit lebih santai supaya ga stress-stress amat.

Iya, saya adalah orang yang detail dan sedikit perfeksionis.
Saya juga seseorang yang harus bisa menerka masa depan, contoh kecil aja nih. Saya punya sabun, sampo, dll. Minimal harus punya stok 2 biji, kalo engga, saya bakal stress, atau lebih tepatnya panik. Iya ini sepele padahal, tapi emang pola pikir saya seperti ini. Contoh lain, saya tidak suka diajak pergi dadakan, kebanyakan sih kalo saya belum siap ya saya ga nerima ajakan tersebut. Dan contoh lain lagi, saya ga mungkin pergi jauh tanpa prepare mateng-mateng. Kemana, habis berapa, mau kemana aja, bakal gimana, itu semua bakal saya pikirin banget-banget dari jauh hari. Nah, tapi kebanyakan temen-temen standup sih anaknya santai-santai jadi suka mikirin sehari sebelumnya. Nah, disini saya emang gopoh dan sulit buat santai.
Terlepas dari semua ini, sungguh saya pengen jadi orang yang santai, kadang saya juga tanya kepada alam semesta, kenapa sih otakku ini terbentuk ISFJ, dan bukannya ENTP yang super santai? Tapi ketahuilah teman-teman, tiap otak kalau discan itu semuanya berbeda dan ga ada yang sama. Semua juga terbentuk karena lingkungan atau mungkin bahkan dari lahir.
Tapi beruntung sih dengan tau dan memahami tentang kombinasi 16 kepribadian ini, saya, dan semoga orang yang baca tulisan saya ini bisa sedikit mengerti dan memahami orang lain. Karena overthinker seperti saya, mengetahui alasan dibalik sesuatu bisa dibilang hanya satu-satunya cara untuk menenangkan batin.

Dan yang terakhir,
Assertive vs. Turbulent

            Individu asertif (-A) adalah seorang yang percaya diri, tidak mudah marah dan tahan terhadap stres. Mereka tidak terlalu khawatir dan tidak terlalu memaksakan diri untuk mencapai tujuan. Selain itu, mereka juga tidak suka menghabiskan waktu untuk memikirkan pilihan atau tindakan di masa lalu. Tidak mengherankan, orang dengan sifat ini merasa lebih percaya diri dengan kemampuan mereka dalam menangani situasi yang menantang dan tak terduga.
            Sebaliknya, individu dengan identitas Turbulen (-T) adalah seorang yang berhati-hati dan sensitif terhadap stres. Mereka cenderung perfeksionis dan ingin  memperbaiki sesuatu. Mereka juga lebih suka untuk ganti pekerjaan jika mereka merasa terjebak dalam situasi yang tidak mereka inginkan dan menghabiskan waktu untuk memikirkan pekerjaan baru yang sesuai.
            Dengan betapa tidak beruntungnya saya, saya adalah tipe Turbulen. Udah ISFJ, -T lagi, jelas saya adalah overthinker berat. Tapi saya masih beruntung karena tingkat keperfeksionisan saya mungkin cuma 20%. Dilain kesempatan saya akan cerita tentang seseorang yang menginspirasi saya untuk menulis semua hal ini. Jadi memang benar, saya tipe turbulen yang dikit-dikit saya suka bercanda pengen mati, dikit-dikit stress, dikit-dikit nyerah.
            Tapi, karena saya mengetahui tipe saya yang ISFJ-T ini ga membuat saya pasrah dengan keadaan ini kok. Sifat seseorang seiring berjalannya waktu akan  berubah, dan apalagi sekarang saya punya strong willing untuk mikir lebih positif.